Jadul sekarang telah jadi trend kekinian dengan ngehitsnya segala sesuatu berbau lawas alias vintage nge-hits lagi di social media. Filter foto ala ’90-an, kamera analog jadi “aksesoris” pemotretan hingga polaroid yang sekarang malah dianggap keren.
Jauh sebelum foto Polaroid membangkitkan nostalgia jadul era analog, kamera ini dianggap sebagai teknologi yang sangat futuristik di jamannya. Maklum saja, karena orang harus menunggu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk melihat hasil jepretan mereka sebelum ada Polaroid.
Sutradara dan fotografer terkenal, Wim Wenders, menuturkan bagaimana “kegilaan” publik di tahun ’70-an terhadap Polaroid OneStep SX-70.
“Semuanya heboh, terutama anak-anak muda,” kenang Wim. “Sekarang hal ini tidak terasa lagi karena semuanya sudah bisa langsung dilihat di gadget, tapi di era itu rasanya seperti sebuah revolusi budaya. Kami merasa seperti melihat jauh ke masa depan dan memang iya.”
Menariknya, perilisan Polaroid satu era dengan lahirnya komputer Apple yang juga mengubah dunia teknologi. Jika Apple punya Steve Jobs, maka Polaroid punya Edwin Land yang membesut kamera instan pertamanya pada 1948. Ide awalnya pun simpel. Edwin Land terinspirasi dari putrinya yang tidak sabar menunggu hasil cetakan foto jepretannya memakai kamera analog di masa itu.
Polaroid pun booming tidak hanya di konsumen awam tapi juga dieksplore oleh kalangan seniman ternama untuk berkreasi. Sebut saja Andy Warhol yang juga ikut membuat karya foto portrait menggunakan SX-70.
Polaroid dengan hasil jepretannya yang berbentuk kotak persegi memang menyita perhatian dunia pada tahun 1970-an dan sebenarnya terus bertahan. Bahkan Instagram lahir dengan memakai style ini dengan frame persegi dan tampilan retro khas Polaroid.
Bagaimana Polaroid malah makin memikat
Kini di 2018, Polaroid bukannya terkubur oleh kecanggihan kamera digital namun malah semakin dianggap artistik.
Bahkan pada Juli lalu barusan diadakan pameran “The Polaroid Project” di galeri C/O Berlin yang menampilkan karya foto Polaroi dari seniman dunia seperti Chuck Close, Guy Bourdin, Nobuyoshi Araki, dll. Lalu apa alasan Polaroid justru memikat di era modern, lebih dari 45 tahun sejak dirilisnya SX-70 ?
“Polaroid itu adalah media sosial sesungguhnya ketika istilah ‘social’ masih mempersatukan orang-orang,” kata co-kurator C/O Berlin, Anna Duque y González. “Kita melihat perkembangan sebuah foto yang memakan waktu, melihat bersama-sama dan memberikannya ke kerabat kita satu sama lain. Itu adalah interaksi yang sesungguhnya, tidak seperti social media saat ini yang abstrak.”
“Itu sebabnya Polaroid ngetrend lagi, karena ada rasa kangen pada sebuah hubungan yang real dengan obyek yang real juga. Tidak serba digital. Makin penting di era modern sekarang dengan dunia yang semakin digital, abstrak dan mungkin ‘palsu’.”
Masa depan Polaroid
Setelah era digital dimulai, Polaroid dan rivalnya yaitu FujiFilm kompak tidak lagi berfokus di foto instant. Bahkan Polaroid mengakhiri film dan kamera analog pada 2008 akibat bangkrut. Namun hak intelektual Polaroid dibeli perusahaan Jerman yang meneruskan memproduksi instant film. Lalu merilis lagi kamera dan film Polaroid Original ke pasaran sejak September 2017.
Di masa “mati suri” itu, Polaroid terus dihidupkan para seniman kontemporer dan penghobi menganggapnya sebagai nostalgia dari masa lalu yang menyenangkan.
Namun di era kamera ponsel resolusi tinggi, banyak juga yang meyakini ini sudah sampai pada kematian kamera Polaroid di publik. Polaroid tetap bertahan karena beruntung dengan adanya kaum hipster.
Sumber : plazakamera.com
Leave A Comment